Hefriansyah Plin Plan? Selow, Ada Mulia, Liberty, Alpeda, Novri dan JP

Share this:
BMG
(Kira-kanan) Hefriansyah, Mulia Purba, Novri Aritonang, Johalim Purba, Liberty Panjaitan dan Alpeda Sinaga.

SIANTAR, BENTENGSIANTAR.com– Publik Kota Pematangsiantar mulai tersadar jika Walikota Hefriansyah, ternyata sosok pemimpin plin plan. Tidak teguh pendirian dan miskin terobosan. Selow! Ada sosok Mulia Rinda Purba, Marudut Liberty Panjaitan, Alpeda Sinaga, Novri Aritonang dan JP, panggilan akrab Johalim Purba yang Ketua DPRD Simalungun itu.

Kelimanya dinilai memiliki kapasitas kompetensi untuk mengikis apatisme masyarakat Kota Pematangsiantar terhadap sosok Hefriansyah.

Kekecewaan publik teranyar ketika lokasi pembangunan Tugu Sangnaualuh Damanik berpindah-pindah sampai pada akhirnya mangkrak dan berakibat timbulnya kerugian negara. Sebagaimana temuan BPK RI, akibat ketidakcermatan Hefriansyah selaku walikota, Pemko Siantar mengalami kerugian senilai Rp913.829.702,67.

Oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (Himapsi) Kota Siantar telah melaporkan kasus dugaan korupsi tersebut ke Polres Siantar. Himapsi dalam laporannya juga menyebut jika Hefriansyah telah melakukan penistaan etnis Simalungun, karena akibat ketidakcermatannya sehingga pembangunan Tugu Raja Siantar itu menjadi mangkrak.

“(Bangunan Tugu Sangnaualuh) Ini sakral, jangan main-main,” kata Jonli Simarmata, Ketua DPC Himapsi Kota Pematangsiantar, saat ditemui BENTENG SIANTAR, di sela-sela membuat laporan pengaduan di Mapolres Siantar, Rabu (19/6/2019).

Menurut Himapsi, kata Jonli, sedikitnya ada dua hal mendasar dan fatal di balik penghentian pembangunan Tugu Sangnaualuh. Pertama, terindikasi korupsi. Kedua, pelecehan terhadap etnis Simalungun.

“Dua hal ini, sudah kami laporkan ke polisi,” ujar Jonli.

“Sekarang, bangunannya mangkrak. Dana ratusan juta, habis. Nah ini, menurut kita perbuatan tindak pidana korupsi,” katanya lagi.

Apatisme terhadap sosok Hefriansyah dapat menjadikan Siantar kota maju dan jaya, ketika publik masih melihat fungsi trotoar bukan untuk pejalan kaki melainkan dijadikan lapak usaha. Sehingga merusak estetika. Demikian halnya saat odong-odong bebas lalu lalang di jalan raya dan menambah kemacetan lalu lintas di Jalan Sudirman, Kartini dan Jalan WR Supratman, depan Siantar Hotel.

BacaBangunan Tugu Sangnaualuh Mangkrak, Walikota Siantar Dipolisikan

BacaAlpeda, Putra Sidamanik yang Ingin Jadi Walikota, Semoga Tidak Sekadar Cakap-Cakap

Belum lagi keberadaan Terminal Tanjung Pinggir yang hingga kini tidak beroperasi. Dampaknya, bus besar seperti Intra, Paradep bebas masuk inti kota.

“Itu hanya beberapa dan masih banyak lagi hal yang membuat kita tidak begitu yakin pada Hefriansyah dapat mewujudkan Siantar sebagai kota maju dan jaya,” ujar Pesta Manurung, saat ditemui gedung Pariwisata Kota Pematangsiantar yang sejak dibangun hingga selesai belum dimanfaatkan sesuai fungsinya.

Share this: