Parapat Sepi, Maraden Sinaga: Perlu Pembaharuan hingga Agenda Tahunan

Share this:
CHANDRO PURBA-BMG
Kelompok Sadar Wisata Pantai Marihat Danau Toba Parapat, saat melakukan gotong royong menyemen trotoar jalan di Pantai Marihat, Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Simalungun, Jumat (22/2/2019) pagi.

SIMALUNGUN, BENTENGSIANTAR.com– Minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Danau Toba, khususnya ke Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, sudah mulai berkurang. Hal itu terbukti dengan sepinya wisatawan berkunjung ke kota Parapat.

Amatan pada Jumat (22/2/2019), situasi jalanan kota Parapat, tempat usaha cinderamata, hotel, bahkan rumah makan tampak lengang. Hampir tidak ada aktivitas. Kendaraan yang melintas juga bisa dihitung.

Untuk menghabiskan waktu, para pelaku usaha hanya bisa ngobrol dengan rekannya sesama pelaku usaha. Tak ada wisatawan yang mereka layani.

“Nanti belanja di sini, ya,” ujar salah seorang ibu ketika dihampiri wartawan BENTENG SIANTAR, (siantar.bentengtimes.com), di sela-sela Gotong Royong Kelompok Sadar Wisata Pantai Marihat Parapat (Pokdarwis).

Dengan kondisi itu, menurut Maraden Sinaga, tokoh pemuda Parapat, pembaharuan sangat perlu dilakukan. Bagaimana menciptakan Parapat supaya dikunjungi wisatawan dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

“Koordinasi dengan pemerintah setempat untuk mencoba formula-formula yang tepat, sangat perlu dilakukan,” ucap politisi PDIP kelahiran putra daerah Parapat.

Menurut Maraden, dengan banyaknya tempat-tempat wisata yang baru, Parapat sudah mulai ketinggalan.

“Tempat wisata baru menawarkan format-format yang baru dalam berwisata. Parapat dari tahun ke tahun, tidak ada perubahan,” terang calon Anggota DPRD Simalungun dari dapil Simalungun VI Nomor urut 2 ini.

Untuk memikat hati wisatawan, sambung Maraden, kerjasama seluruh stakeholder dengan pelaku-pelaku wisata, khususnya di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, sangat dibutuhkan.

Maraden memaparkan, ada beberapa hal yang harus dilakukan jika ingin Parapat kembali ramai. Yang pertama, ada Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang harga.

“Semua rumah makan, hotel, dan semua jenis-jenis usaha harus menerapkan harga. Harus ada daftar menu dan daftar harga,” ujar Maraden.

BacaTragedi Sinar Bangun Hingga Longsor Jembatan Siduadua Berdampak, Wisatawan Sepi

Dengan begitu, lanjut Maraden, ketika wisatawan datang, sudah tahu mau makan apa, mau menginap di mana, dan fasilitas apa yang ingin dinikmati di Parapat.

Kedua, ada kegiatan-kegiatan promosi. Misalnya, di sela-sela hari libur, ada pertunjukkan.

“Kalau dulu di sini ada Pesta Danau Toba, kalau sekarang sudah tidak ada. Diganti formatnya oleh pemerintah pusat. Tempatnya berpindah-pindah, tidak di Parapat lagi,” paparnya.

BacaDuka di Balik Longsor Jembatan Siduadua, Omzet Pedagang Turun, Tak Bisa Bayar Hutang

Ke depan, Maraden berencana membuat agenda tetap maupun tahunan di Parapat yang serupa dengan Pesta Danau Toba.

“Jadi, ada kalender tetap. Masalah nama (kegiatan) nanti mungkin kita pikirkan lagi. Kalau hari libur atau libur nasional, ada hiburan yang ditampilkan,” terangnya.

Dengan begitu, Maraden Sinaga yakin, Parapat tidak akan mati suri.

Share this: