Gelaran Sosialisasi Geopark Kaldera Toba
- Jumat, 3 Agu 2018 - 02:14 WIB
- dibaca 162 kali
BENTENGSIANTAR.com – Dalam rangka promosi pariwisata dekonsentrasi tahun 2018, dinas Pariwisata Sumatera Utara menggelar Sosialisasi Geopark Kaldera Toba. Kegiatan tersebut melibatkan tiga kabupaten dan penyelenggaraannya di Atsari Hotel, Parapat, Kamis (2/8/2018).
Sebanyak 150 peserta penggiat wisata dilibatkan dalam sosialisasi ini, Kabupaten Simalungun, Samosir dan Tobasa. Acara diisi dengan tiga session yang menghadirkan pembicara dari pengamat dan pelaku budaya Mangido Nainggolan, Mantan Kadis Pariwisata Samosir Melani Butarbutar, dan Manager Kaldera Toba Area Porsea Cory Parroma Panjaitan.
Dalam paparannya, Mangido Nainggolan menerangkan, hubungan antara budaya dengan agama yang dapat meningkatkan dunia kepariwisataan. Keberhasilan pariwisata menurutnya, apabila para wisatawan datang ke kawasan Danau Toba dengan membawa uang untuk dibelanjakan dan dihabiskan di kawasan Danau Toba, dan datang berkunjung kembali.
Yang selama ini terjadi berdasarkan hasil penelitannya, dunia pariwisata kawasan Danau Toba masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah tujuan wisata seperti Bali dan Jogja. Faktor penyebab ketertinggalan ini, sambungnya, disebabkan karakter masyarakat Batak yang keras dan sulit menerima perubahan, terutama keramahtamahan saat menjamu para pengunjung.
“Kita butuh lebih banyak waktu dan kegiatan pembinaan bagi para pelaku wisata, pelaku usaha dan jasa, serta seluruh masyarakat agar memiliki jiwa sadar wisata. Sebab dengan menjual keindahan saja tidaklah cukup, namun harus dibarengi dengan pelayanan wisata yang baik, sehingga tamu merasa nyaman dan aman untuk menghabiskan uangnya di sini,” jelas Mangido.
Hal lain yang cukup keras dikritisi Mangido Nainggolan adalah, minimnya keseriusan para bupati se kawasan Danau Toba untuk membangun sektor pariwisata. Dengan tegas, Mangido mengatakan, bahwa sekuat apapun pemerintah pusat untuk membangun kawasan Danau Toba, jika bupati selaku pemimpin daerah tidak membuat kebijakan yang berpihak bagi pengembangan sektor pariwisata, maka tidak akan pernah maju.
“Para bupati harus menyadari bahwa sektor pariwisata merupakan sumber keuangan yang dapat mensejahterakan masyarakatnya jika dikelola dengan baik, sedangkan untuk DPRD nya harus siap menyusun peraturan-peraturan yang berpihak pada kepariwisataan. Dengan demikian, maka dukungan pemerintah pusat tidak akan sia sia,” katanya.
Dalam sosialisasi ini dibahas mengenai sejarah terbentuknya kawasan Kaldera Toba oleh Melani Butarbutar. Dalam paparannya, Melani menjelaskan, bagaimana para pelaku wisata diberikan pemahaman terkait proses terbentuknya kawasan Danau Toba, kekayaan alam dan geosite peninggalan letusan gunung toba yang masih dapat ditemui saat ini.
“Dengan memiliki pemahaman yang baik terkait Kaldera Toba, diharapkan para pengunjung akan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya terkait sejarah, budaya dan kekayaan alam kawasan Danau Toba, maka para penggiat wisata yang saat ini menjadi peserta sosialisasi ini menjadi salah satu ujung tombak kemajuan wisata kawasan Danau Toba,” ujar Melani.
Sebelum acara ditutup, para peserta dibawa oleh Parroma untuk mengunjungi Kantor Pusat Informasi Kaldera Toba yang berlokasi di Open Stage, Parapat. Disana para peserta dapat menyaksikan film dokumenter terbentuknya kawasan Danau Toba, serta melihat keaneka ragaman budaya dan kekayaan alam.