Mengapa Pilih Marihot 2 Periode Rektor USI, Ini Alasannya..

Share this:
BMG
Rektor USI Prof Marihot Manullang (kanan) saat menerima berkas penyerahan gedung baru dari Ketua Yayasan USI Ir Amsar Saragih MM, dalam Acara Peresmian Gedung Baru Fakultas Ekonomi USI, pada 29 Juli 2017, lalu.

SIANTAR, BENTENGSIANTAR.com– Lima calon Rektor Universitas Simalungun (USI) akan bersaing. Empat di antaranya merupakan dosen tetap USI. Mereka adalah Prof Dr Marihot Manullang, Dr Corry MSi, Dr Sarintan E Damanik SHut MSi, dan Dr Pinondang Nainggolan SE MSi. Sementara seorang calon lainnya Ir Bernaulus Saragih MSc PhD berasal dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).

Diantara kelima calon ini, sosok Prof Dr Marihot Manullang, menjadi perbincangan hangat kalangan akademisi di Kota Siantar dan Simalungun. Terutama tentang keikutsertaannya kembali menjadi calon Rektor USI untuk periode 2018-2022. Satu hal yang dipergunjingkan adalah karena suami Dr Dearlina Sinaga, ini bukan seorang putra asli etnis Simalungun.

Tapi di luar dari aspek kesukuan itu, publik juga sebaiknya tahu bagaimana perkembangan USI, dulu dan sekarang.

Sebagaimana disampaikan seorang akademisi Pasu Malau bahwa Universitas Simalungun yang tadinya terakreditasi C kini telah terakreditasi B dan menjadi universitas swasta terbaik se-Sumut, khusus luar Kota Medan.

“Ini salahsatu prestasi pak Prof Marihot. Itu (akreditasi B, red) didapat saat Prof Marihot mimpin USI,” ujar Pasu Malau, Wakil Rektor USI ini kepada BENTENGSIANTAR.com,  Rabu (1/8/2018).

Masih kata Pasu, Prof Marihot sebagaimana visi dan misinya sejak awal menjabat Rektor adalah membangun USI lebih baik dari sebelumnya. Langkah pertama yang ia lakukan adalah dengan mengubah persepsi negatif publik yang sering menyebut akronim USI; Unang Sikkola I si (Jangan sekolah di situ). Untuk mengubah persepsi negatif itu, Prof Marihot melakukan pembenahan internal dan memperbaiki hubungan ke eksternal.

Untuk internal, sambung Pasu, di masa kepemimpinan Prof Marihot, dalam hal perekrutan dosen dan pegawai USI harus menerapkan system penerimaan test potensi akademik (TPA). Lewat program ini, dengan demikian USI mendapat penilaian yang baik dari publik.

“USI tidak lagi dipandang sebagai kampus keluarga, yang tidak mengedepankan mutu dan kualitas,” ucap Pasu.

Share this: