Monster Itu Bukan Corona, Melainkan Ketakutan

Share this:
BMG
Ilustrasi coronavirus.

Warga negara China atau orang yang baru berkunjung dari negara tirai bambu tersebut dituding telah membawa corona, tak pelak corona juga berhasil meningkatkan rasisme. Diskriminasi pun hadir bukan oleh karena kewaspadaan semata, melainkan ketakutan.

Lantas publik telah menjadi ruang gema, dimana orang-orang menjadi hanya meyakini persepsinya sendiri, oleh karena memiliki keyakinan yang serupa dengan orang lain.

Ketakutan yang muncul ini juga berhasil memporak-porandakan perekonomian kita. Orang-orang menjadi was-was untuk berpergian, sekalipun pemerintah sudah menjamin ‘keamanan’ di beberapa daerah wisata. Akibat pariwisata yang lumpuh, mata uang kita anjlok. Belum lagi berbicara tentang ekspor-impor yang menurun, dan banyaknya karyawan yang dirumahkan akibat lesunya perekonomian kita pasca corona.

Ketakutan lain juga muncul oleh karena pandangan liar, tak cuma liar kadang kala pandangan itu juga gila (tak masuk akal) dan nyeleneh. Contoh kasus, publik berbondong-bondong ‘mengembargo’ produk-produk buatan China, karena dianggap membawa virus corona.

Pandangan seperti bahwa pemerintah tidak cakap dalam menghadapi isu corona. Contohnya, publik tidak menaruh kepercayaan penuh saat pemerintah telah mengkarantina para WNI yang terpaksa pulang dari China.

Oleh karenanya, ketakutan-ketakutan yang hadir sesungguhnya lebih besar dibanding dengan virus corona itu sendiri. Hal ini menjadikan kita lemah, panik dan paranoid. Maka dari itu, kita tidak perlu menanggapi sebuah isu terlalu berlebihan, tetap tenang dan melanjutkan aktivitas seperti biasa.

BacaRSUD Siantar Masuk Daftar Rujukan Pasien Virus Corona, 20 Petugas Medis Disiagakan

Mahasiswa harus tetap berkuli(ah), ayah dan ibu tetap bekerja seperti biasanya. Jangan takut untuk membeli produk China, atau berhubungan dengan orang-orang luar. Hentikan kepanikan dengan tidak membagi konten foto-video para penderita corona ataupun konten yang belum bisa terverifikasi kebenarannya.

Penutup, dari meja penulis menyampaikan ‘Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Semoga Semua Makluk Berbahagia.”

(penulis: Gading S, Anggota GMKI Pematangsiantar-Simalungun)

Share this: