Erwin Siahaan, Driver Ojol Lolos Anggota DPRD Medan, Ungkap Rahasia Sukses
- Kamis, 13 Jun 2019 - 23:28 WIB
- dibaca 317 kali
Ketiga, kekuatan ekonomi dan mekanisme pasar melunakkan idealisme politik orang muda yang selama ini memperjuangkan politik bersih dari praktik transaksi uang dan jabatan. Alih-alih ingin memperjuangkan etika dan moral politik, mereka justru terjerumus dalam pragmatisme.
Menurutnya, gairah kaum muda untuk hadir dalam ranah politik masih menumbuhkan optimisme. Sistem politik dan kultur era 4.0 yang kental dengan digitalisasi memberi ruang yang masif bagi generasi muda untuk terlibat dalam aktifitas-aktifitas politik. Kebebasan berekspresi, berkumpul, dan berpendapat bagi setiap orang dilindungi konstitusi.
“Generasi muda harus mampu menjadi pemecah masalah, dan bukan sebagai subjek dari persoalan baru. Pendekatan politik kelompok konvensional yang mengedepankan praktik pragmatisme politik dan tidak visioner dapat dijadikan peluang kritis oleh generasi muda untuk mendorong terciptanya komunitas dan paradigma politik yang lebih akuntabel dan modern,” katanya.
Baca: Suaminya Stroke, Nenek Suratmi Asuh 4 Anak yang Menderita Lumpuh Layu
Baca: GMKI Siantar-Simalungun Lantik 150 Anggota Baru
Perlu diingat, kata Fernando, bahwa keterlibatan aktif politik orang muda tidak harus dalam bentuk aktifitas lewat partai politik dan organisasi politik.
“Keterlibatan mereka dapat diwujudkan melalui berbagai aktifitas yang bersinggungan dengan edukasi politik, pertukaran diskursus sosio-politik, dan kreatifitas berbasis komunitas. Intinya, partisipasi politik kaum muda harus mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah,” katanya.