Gejolak di MAN Siantar, Pembelian Laptop Komite Melampaui Rencana Anggaran

Share this:
FERRY SIHOMBING-BMG
Kolase Foto: Spanduk berisi mosi tidak percaya terhadap Kepala Madrasah dan Ketua Komite MAN Pematangsiantar. Ketua Komite, Imran Simanjuntak.

SIANTAR, BENTENGSIANTAR.com– Kinerja Komite Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Pematangsiantar, terutama dalam hal pengelolaan Dana Komite sekolah menjadi sorotan publik. Fenomena ini mencuat pasca kemunculan spanduk berisi mosi tidak percaya dari orangtua terhadap kepala madrasah, Lintong Sirait dan ketua komite, Imran Simanjuntak, yang terpampang di depan gerbang pintu masuk madrasah.

Salahsatu poin yang disoroti adalah realisasi belanja barang berupa pembelian laptop keperluan komite sekolah. Menurut Laporan Pertanggungjawaban (LPj) MAN Siantar Tahun Anggaran 2024/2025, yang diperoleh BENTENG SIANTAR, diketahui terdapat pembelian laptop untuk komite, dengan nominal Rp9.237.000.

Realisasi pembelian laptop ini lebih mahal atau terdapat kemahalan harga sebesar Rp3.237.000, melampaui anggaran pembelian laptop yang direncanakan sebesar Rp6 juta.

Orangtua siswa yang mengetahui hal itu kontan saja protes dan menilai negatif terhadap kinerja Komite Sekolah dalam mengelola Dana Komite MAN Kota Pematangsiantar. Sebab, menurut mereka realisasi belanja barang tidak boleh lebih mahal dari Pagu Anggaran yang direncanakan, karena pagu adalah batas tertinggi pengeluaran yang harus dipertanggungjawabkan.

Seperti diketahui, MAN Kota Pematangsiantar mewajibkan seluruh muridnya membayar uang komite sebesar Rp110 ribu per bulan. Dari kutipan itu, MAN Pematangsiantar mendapat tambahan dana sekitar Rp1,5 miliar dalam setahun.

Selain uang komite, menurut salahseorang orangtua siswa, Yendra Eka Putra, anak-anak mereka yang mengenyam pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Siantar itu masih dibebani kutipan biaya lain-lain. Semisal ketika ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, seperti seni dan olahraga, siswa-siswi tetap dibebankan biaya untuk pakaian dan akomodasi.

“Ada acara menari, pakaian dibebankan ke orangtua. Ada pertandingan sepakbola ke Medan, pakai biaya sendiri,” ungkap Yendra, penuh kecewa.

BacaMAN Siantar Bergejolak, Orangtua Siswa Tuntut Transparansi Pengelolaan BOS dan Dana Komite

Masih menurut Yendra, kutipan yang dibebankan ke murid tidak berhenti di situ saja. Masih ada kutipan-kutipan lainnya, seperti uang wisuda sebesar Rp360 ribu.

Bagi para orangtua siswa, lanjut Yendra, kutipan-kutipan itu sangat membebani. Dia mengatakan, secara umum tujuan mereka menyekolahkan anak-anak ke Madrasah Aliyah Negeri Siantar, berharap mendapat keringanan biaya.

“Akan tetapi yang terjadi tidak sesuai harapan. Sekarang, malah banyak biaya,” protes Yendra, seraya mempertanyakan ke mana aliran Dana BOS dan uang komite sekolah.

BacaReaksi Ketua Komite MAN Siantar Atas Kemunculan Spanduk Berisi Mosi Tidak Percaya

Sebelumnya, Ketua Komite MAN Siantar, Imran Simanjuntak, mengatakan, penggunaan Dana BOS dan Uang Komite telah tercantum dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM). Dijelaskan, seluruh dana digunakan untuk keperluan madrasah, seperti honorarium guru, kegiatan ekstrakurikuler, persiapan olimpiade siswa, serta kebutuhan lainnya yang diusulkan oleh pihak sekolah.

Share this: