Benteng Siantar

Tragedi Sinar Bangun Hingga Longsor Jembatan Siduadua Berdampak, Wisatawan Sepi

Henry Sianturi, Guest Relation Officer Inna Parapat saat berbincang dengan Pemred BENTENG SIANTAR (siantar.bentengtimes.com), Rabu (9/1/2019).

Laporan: FERRY SIHOMBING-Parapat

SIMALUNGUN, BENTENGSIANTAR.com– Longsoran dari Bukit Simarbalatuk hingga tertutupnya Jembatan Siduadua Parapat, Nagori Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, juga berdampak pada perhotelan di kawasan Danau Toba. Dua hotel berbintang yang merasakan dampak itu, yakni Inna Hotel Parapat dan Niagara Hotel.

Tak hanya soal longsor, tragedi tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun hingga kini pun masih mempengaruhi kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Kunjungan pariwisata berkurang. Apalagi tragedi Sinar Bangun masih belum bisa dilupakan. Masih sangat berdampak. Kita tawarkan paket Samosir Tour, wisatawan nggak mau,” kata Henry Sianturi, Guest Relation Officer Inna Parapat, kepada BENTENG SIANTAR (siantar.bentengtimes.com), Rabu (9/1/2019).

Henry menjelaskan, akibat insiden longsor itu, pada libur Natal 2018, jumlah pengunjung hanya mencapai 70 persen. Sedangkan pada libur Tahun Baru mencapai 90 persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang kunjungan wisatawan mencapai 100 persen.

Tidak hanya itu, ada pula tamu yang sudah memesan, namun membatalkannya karena tragedi longsor tersebut.

“Ada sekitar 15 kamar itu ya sudah dipesan, tapi dibatalkan. Tapi syukur, ada tamu lain yang datang menggantikannya,” ujar Henry.

Pantai bebas Parapat tampak lengang pasca Libur Natal dan Tahun Baru, Rabu (9/1/2109).

Di sisi lain, sambung Henry, pedagang souvenir, buah, dan transportasi kapal, pun mengeluh karena longsor tersebut.

“Semua mengeluh. Dari libur Natal sampai sekarang masih sepi. Tapi memang kita juga sudah tahu, ketika longsor, kunjungan pasti menurun,” jelasnya.

BacaKisah Bayi 7 Bulan, Generasi Satu-satunya yang Tertinggal Setelah Tragedi Danau Toba

Meski begitu, Henry tetap berharap agar para wisatawan tidak takut datang ke Danau Toba. Alasannya karena sarana dan prasarana, khususnya kapal sudah mulai mereka benahi.

“Kita informasikan bahwa Dishub sudah menyediakan life jaket. Data tamu yang mau ke Samosir juga sudah ada. Maksimal di dalam kapal itu 40 orang. Jadi semua sudah tertib, tertata,” terangnya.

Senada disampaikan Operational Manager Niagara Ridolli Butarbutar. Dengan terjadinya beberapa insiden, seperti Sinar Bangun dan longsor Jembatan Siduadua, kunjungan wisatawan memang berkurang.

“Ada pertanyaan dari pengunjung, bagaimana Danau Toba? Ada yang bilang ‘jangan ke Samosir ya, jangan ke sana’. Sampai seperti itu,” keluh Ridolli.

Pengaruh media sosial (medsos) terhadap peristiwa-peristiwa di kawasan Danau Toba, lanjut Ridolli, juga sangat luar biasa.

“Ada yang bilang air Danau Toba coklatlah. Itu sangat berpengaruh. Padahal peristiwa itu kan peristiwa alam. Siapa yang bisa prediksi itu? Kalau waspada ya sah-sah saja,” ujarnya.

Operational Manager Niagara Ridolli Butarbutar.

Terkait insiden longsor, Ridolli membeberkan, pada libur Natal, kunjungan ke Niagara hanya mencapai 80 persen.

“Padahal, sejak awal Desember sampai tanggal 20, kita sudah ada promo 50 persen. Tapi, pengunjung tak juga muncul,” ucap Ridolli.

BacaLongsor Parapat, ‘Tangisan’ Bukit Simarbalatuk dan Ketidaktahuan Camat Girsip

Lalu, pada libur Tahun Baru, kuantitas pengunjung mencapai 90 persen.

“Kita berharapnya di libur Natal dan Tahun Baru, tapi meleset,” jelas Ridolli.

Dan sama halnya seperti Inna Parapat, ada juga tamu yang sudah memesan kamar di Niagara, namun akhirnya membatalkannya karena insiden longsor itu.