SIMALUNGUN, BENTENGSIANTAR.com– Kematian Golfrid Siregar menyisakan duka mendalam bagi sesama aktivis lingkungan dan juga Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) di Sumatera Utara. Terkhusus bagi keluarga besar korban dari Batam dan di kampung halaman Kabupaten Simalungun.
Para kerabat dan handai tolan silih berganti menyampaikan ucapan duka cita. Mereka menangis tak henti-henti dalam acara pemberangkatan terakhir mendiang Golfrid Siregar di rumah duka Huta Palia Naopat Gereja, Nagori Palia Naopat, Kecamatan Dolok Panribuan, Simalungun.
“Selamat jalan Golfrid Siregar. Tenanglah kau di Surga, adekku,” ujar salahseorang kerabat mendiang terbata-bata.
Mereka tak kuasa menahan tangis ketika mengenang kebaikan mendiang Golfrid Siregar semasa hidupnya. Meski demikian, mereka telah mengikhlaskan kematian mendiang meski di usia masih relatif muda. Namun, keluarga juga berharap pihak kepolisian bisa mengungkap misteri kematian ayah dari Velicya Siregar tersebut.
“Sebagai umat beriman, kita ikhlas. Tapi sebagai manusia biasa, kami berharap pihak kepolisian bisa mengungkap misteri kematian Golfrid,” ujar kerabat korban.
Baca: Kematian Golfrid Siregar, Aktivis Lingkungan Asal Simalungun Menyisakan Kejanggalan
Baca: WALHI Menolak Proyek PLTA Batangtoru NSHE
Sementara, istri almarhum Resmi Barimbing (31) dan ibunya hanya bisa meratapi jenazah mendiang Golfrid Siregar. Sesekali, Resmi Barimbing menyeka air mata yang membasahi pipinya. Demikian halnya ibu mendiang. Keduanya tampak larut dalam kesedihan sepeninggal Golfrid Siregar.
Suasana duka semakin terasa saat para pelayat yang hadir menyanyikan lagu rohani, berjudul ‘Oh.. Tuhan Pakaialah Hidupku’. Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan apa yang Tuhan beri. Hidup ini harus jadi berkat.
Oh.. Tuhan Pakailah Hidupku. Selagi aku masih kuat. Bila saatnya nanti, kutak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat.
Sebagaimana diketahui, almarhum Golfrid Siregar dikenal sosok aktivis lingkungan dan advokat Walhi Sumut. Aktivis yang genap berusia 34 tahun pada 11 Maret 2019, itu concern menyuarakan isu soal lingkungan terutama di Sumatera Utara. Bahkan, sebagai advokat banyak perkara-perkara yang bersinggungan dengan lingkungan yang ia tangani.
Baca: Walhi dan Masyarakat Sipirok Tolak Pembangunan PLTA Batangtoru oleh PT NSHE
Baca: Walhi Sumut Apresiasi Poldasu atas OTT di Kabupaten Palas
Namun, takdir berkata lain. Aktivis lingkungan ini menghembuskan nafas terakhir setelah tiga hari menjalani perawatan medis di RSUP Haji Adam Malik, Medan, pada Minggu ,6 Oktober 2019. Sebelumnya, Golfrid Siregar ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di fly over Jalan Jamin Ginting, Medan, Kamis (3/10/2019), dini hari sekira pukul 01.00 WIB. Oleh petugas medis disebutkan, korban mengalami luka serius di bagian kepala yang menyebabkan tempurung kepala hancur.