Anton Saragih Fasilitasi Permasalahan Guru dan Siswa di SMPN 2 Tapian Dolok Lewat Restorative Justice

Share this:
BMG
Bupati Simalungun, Anton Achmad Saragih memfasilitasi permasalahan yang terjadi antara guru dan siswa di SMP Negeri 2 Tapian Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, melalui mekanisme restorative justice, bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Simalungun, Pamatang Raya, pada Selasa (5/8/2025), sore.

RAYA, BENTENGSIANTAR.com– Bupati Simalungun, Anton Achmad Saragih berusaha menengahi permasalahan yang terjadi antara Hisar Pangaribuan, seorang Guru SMP Negeri 2 Tapian Dolok dengan Roresky Fahrul Rozi Harahap, Wali Murid dari Kelurahan Sinaksak, melalui mekanisme restorative justice. Dua belah pihak yang berseteru dia undang hadir di Pendopo Rumah Dinas Bupati Simalungun, Pamatang Raya, pada Selasa (5/8/2025), sore.

Kepala Dinas Pendidikan, Sudiahman Saragih melaporkan bahwa permasalahan tersebut bermula pada 19 April 2025, antara Hisar Pangaribuan, Guru SMP Negeri 2 Tapian Dolok (pihak pertama) dengan Roresky Fahrul Rozi Harahap, sebagai wali murid dari Kelurahan Sinaksak (pihak kedua).

Dalam proses retorative justice itu, kedua belah pihak sepakat menyelesaikan perkara itu secara kekeluargaan dengan membuat perjanjian perdamaian yang berisi kesepakatan untuk berdamai dan saling memaafkan.

Selanjutnya, pihak pertama berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya terhadap anak pihak kedua. Dan, pihak kedua memaafkan kesalahan pihak pertama serta tidak akan menuntut secara hukum di kemudian hari. Apabila pihak pertama mengulangi perbuatannya, maka siap menerima sanksi dan diproses secara hukum.

BacaAgustiar Saragih Resmi Jabat Ketua PBVSI Simalungun Periode 2025-2029

Perjanjian perdamaian itu ditandatangani oleh kedua belah pihak, diketahui oleh Lurah Sinaksak, Armada Purba dan disaksikan oleh pihak sekolah dan keluarga.

Bupati Simalungun, Anton Achmad Saragih yang menyaksikan jalannya restorative justice menegaskan bahwa guru adalah sosok yang ditiru.

BacaBank Sumut Buka Kantor Cabang Pembantu di Tigarunggu

Dia mengajak kedua belah pihak, baik guru dan orangtua murid agar saling memaafkan dan berdamai supaya suasana menjadi sejuk, anak-anak bisa kembali belajar dengan tenang, dan guru dapat kembali menunaikan tugasnya mengajar.

“Secara teknis mungkin semua guru sudah paham, tapi perlu juga mempelajari psikologi anak, karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Mari kita bergandengan tangan demi terciptanya anak-anak Simalungun yang berakhlak mulia dan berprestasi,” pesan Anton.

Share this: