Benteng Siantar

Dampak Vaksin Rubella Belum Berabel Halal Sampai Siantar, Banyak Orangtua Menolak

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Misran Pais didampingi Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Siantar, Dorlyn Sirait ketika diwawancarai BENTENG SIANTAR, Rabu (15/8/2018).

SIANTAR, BENTENGSIANTAR.com– Vaksin campak Measles Rubella (MR) yang belum berlabel halal dari MUI berdampak ke di Kota Pematangsiantar. Sejumlah orangtua siswa dan siswi menolak anaknya divaksin sebelum adanya label halal.

Kepada BENTENG SIANTAR (siantar.bentengtimes.com), Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pematangsiantar Misran Pais, didampingi Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dorlyn Sirait menjelaskan, sejumlah sekolah di bawah naungan Kementerian Agama, seperti Muhammadiyah, MTS, Alwasliyah, Pesantren, dan Madrasah, membenarkan menunda pemberian vaksin tersebut.

“Ada sekitar 10 sekolah di bawah naungan Kemenag yang ada di Siantar menunda pemberian vaksin itu. Bukan sekolah yang menolak, tapi orangtua siswa. Ya karna label halal itu,” ungkap Misran, saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8/2018).

Misran membeberkan, pengaruh media sosial (medsos) terkait bahaya vaksin tersebut memang merebak hingga ke Siantar.

“Kan ada di facebook itu, vaksin rubella tidak ada label halalnya. Ada yang setelah divaksin meninggal. Gara-gara itu lah banyak yang terpengaruh, banyak yang menolak dan menunda,” ucapnya.

(Baca: MUI Siantar Minta Dinkes Tunda Vaksinisasi Rubella)

“Tapi nggak semua juga (orangtua siswa) menolak, ada juga yang mau. Sebelum divaksin kan kita minta persetujuan orangtua dulu, mau divaksin apa nggak. Ketika divaksin pun, harus didampingi orangtua,” sambungnya lagi.

Padahal, sambung Misran, vaksin rubella tersebut sangat berguna bagi anak, meski pada beberapa kasus ada anak yang sakit bahkan meninggal setelah divaksin.

(Baca: Pansus Angket Sebut Walikota Siantar Bersalah, Sekda: Semoga Itu Keputusan Terbaik)

“Vaksin ini dari India. Ini untuk mencegah penyakit campak ringan atau rubella, menjaga daya tahan tubuh agar anak tidak gampang terserang penyakit. Memang ada kasus tahun 2017, setelah divaksin anak itu meninggal. Tapi setelah diteliti, anak itu menderita tumor otak. Makanya sebelum divaksin, kita periksa dulu anak itu. Apa menderita penyakit atau tidak. Karena memang anak yang menderita penyakit, seperti alergi terhadap bahan vaksin, leukemia dan kelainan darah, tidak bisa divaksin,” terangnya.

(Baca: 22 Tahun Taman Hewan Dikerjasamakan, Pemko Siantar Tertutup Soal Bagi Hasil)

Sejauh ini, pemberian vaksin terhadap pelajar di bawah 15 tahun yang di Kota Siantar sudah mencapai 50 persen.

“Program vaksin ini sudah dimulai sejak 1 Agustus sampai 31 Agustus. Setelah itu, kita lanjut ke masyarakat di September. Sasarannya adalah anak-anak yang belum sekolah. Target kita di Siantar itu 95 persen,” beber Misran.

(Baca: Test Urine Mendadak dan Diawasi Ketat, 1 Personel Polres Simalungun Positif Narkoba)

Ditanya apakah ada surat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Siantar terkait penundaan vaksinisasi tersebut, Misran tidak membenarkannya.

“MUI juga mendukung program ini, tapi karena ngak ada label halalnya, makanya minta ditunda. Kalau surat dari MUI Siantar belum ada masuk sama kita. Tapi intinya mereka mendukung,” ucapnya.