Benteng Siantar

Dugaan Mark Up Harga Bansos Sembako di Siantar, Tiga Item Saja Untung Rp291 Juta

Walikota Siantar Hefriansyah, didampingi Wakil Walikota Togar Sitorus saat melakukan penyaluran bansos sembako secara simbolis di lapangan Parkir Pariwisata Kota Pematang Siantar, belum lama ini.

SIANTAR, BENTENGSIANTAR.com– Penyaluran bantuan sosial sembako dari Pemerintah Kota Pematang Siantar menunai pro dan kontra di tengah masyarakat. Selain pendataan calon penerima bantuan sosial covid-19 dinilai amburadul, ada dugaan mark up harga-harga sembako. Dari hitung-hitungan kasar, untuk tiga item saja, beras, gula, dan telur, telah terjadi pemahalan harga sebesar Rp291 juta.

Angka sebesar itu diperoleh setelah Tim Benteng Siantar, melakukan investigasi lapangan, wawancara distributor bahan pangan di Kota Pematang Siantar kemudian membandingkannya dengan harga bahan sembako yang direalisasikan Pemko Pematang Siantar. Dari investigasi itu, diperoleh informasi harga-harga bahan pangan pada saat seminggu sebelum hingga saat Pemerintah Kota Pematang Siantar menyalurkan bansos sembako pada Selasa, 21 April 2020.

Salahseorang distributor dan supplier telur Amin mengatakan, harga telur medio 14 April hingga 21 April 2020, rata-rata di kisaran Rp36 ribu per papan (Rp1.200 per butir) kemudian turun hingga Rp34 ribu per papan (Rp1.133 per butir). Itu harga untuk pedagang (dijual kembali, red).

“Kalau pembelian dalam partai besar, saya bisa kasih turun harga,” kata Amin.

BacaJanji Sebulan, Faktanya Dua Perkara Korupsi di Pemko Siantar Belum Diajukan ke Persidangan

Hal senada disampaikan An, rival Amin dalam bisnis supplier telur di Kota Pematang Siantar. An– demikian dia biasa dipanggil mengatakan, harga telur cenderung mengalami fluktuasi. Selama pandemi ini, ia menawarkan harga telur rata-rata Rp32 ribu hingga 36,5 ribu per papan.

Masih An, untuk telur ukuran besar biasa ditawarkan Rp36.500 per papan. Ukuran kecil (puncak) biasa di kisaran Rp32 ribu hingga Rp30 ribu per papan.

“Ada rupa, ada harga. Kisaran harga 32 ribu hingga Rp36,5 ribu per papan,” ungkap An. 

Kemudian untuk beras, menurut Amzar, salahsatu distributor dan supplier bahan pangan partai besar di Siantar Simalungun mengatakan, harga beras untuk IR64 Super ukuran 10kg rata-rata sebesar Rp105 ribu per sak. Harga itu bisa kurang jika pembelian dalam partai besar.

“Kalau beras, harganya cenderung normal. Beda dengan telur,” kata Amzar.

Untuk gula, lanjut Amzar sempat mengalami kenaikan harga hingga Rp18.200 per kilogram (kg). Harga eceran di pasar bahkan sampai Rp20 ribu per kg. Namun medio 14 April hingga 21 April 2020, gula telah mengalami penurunan harga dari Rp18.200 per kg menjadi Rp15.500 per kg.

“Itu harga untuk ngampas (usaha kampasing, red). Kalau kamu butuh banyak, saya bisa kasih kurang lagi,” kata Amzar setengah promosi.

Atas penjelasan para pengusaha bahan pangan itu, diketahui telah terjadi pemahalan harga untuk item beras IR64 Super, sebesar Rp7 ribu per sak. Pemahalan itu diperoleh dengan membandingkan anggaran dana yang direalisasikan Pemko Pematang Siantar untuk bantuan beras sebesar Rp112 ribu per sak, sementara harga pasar Rp105 ribu per sak.

Untuk bahan telur, juga terjadi mark up harga kurang lebih sebesar Rp10 ribu per papan. Pemahalan terjadi setelah membandingkan anggaran dana yang direalisasikan Pemko Pematang Siantar, untuk telur sebesar Rp44 ribu per papan, sementara harga pasar rata-rata sebesar Rp34 ribu per papan.

BacaKorupsi Dana KUBE, Mantan Kabid Dinsos Jadi Tersangka, Baren Purba Berpotensi

Begitu juga dengan gula, telah terjadi dugaan mark up harga sebesar Rp1.750 per setengah kilogram. Pemerintah Kota Pematang Siantar diketahui merealisasikan dana untuk setengah kilogram gula (500 gram) sebesar Rp9.500. Sementara, harga gula di pasaran untuk setengah kilogram hanya sebesar Rp7.750.

Setelah dihitung-hitung kasar diketahui telah terjadi mark up harga bahan pangan, untuk tiga item saja (beras, telur, gula) sebesar Rp18.750. Jika ditotal, mark up harga bansos sembako untuk 15.555 paket adalah sebesar Rp291.656.250.

Atas perbuatan mark up harga itu, patut diduga telah terjadi korupsi di tengah pandemi. Terdapat kelebihan bayar (untuk tiga item saja) bahan pangan sebesar Rp291 juta.

“Seharusnya, dana sebesar Rp291 juta itu untuk masyarakat kecil terdampak Covid-19. Ini malah menguap, entah di mana rimbanya,” kritik Edi Lapahan, kepada BENTENG SIANTAR.

Terpisah, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kadis Sosial P3A) Pariaman Silaen, dalam wawancara sebelumnya kepada wartawan, menerangkan, adapun bansos sembako Pemerintah Kota Pematang Siantar yang dibagikan kepada warga, berupa beras 10 kg, minyak goreng 1 liter, telur 30 butir, gula pasir 500 gram, dan kacang hijau 500 gram. Disebutkan, nilai paket bansos sembako itu sebesar Rp192 ribu.

“Dana sebesar itu sudah termasuk biaya transportasi dan pengepakan bahan pokok yang disalurkan. Tetapi tidak termasuk PPN dan PPh,” kata Pariaman.

Pariaman merinci, harga beras 10 kilogram sebesar Rp112 ribu per sak, minyak goreng 1 liter seharga Rp13 ribu, telur 30 butir seharga Rp44 ribu, gula 500 gram seharga Rp 9,5 ribu, dan 500 gram kacang hijau seharga Rp13,5 ribu. Menurutnya, harga bahan pokok itu sesuai dengan harga pasar saat dilakukan pemesanan pada 16 April 2020.

“Harga gula saat itu sedang melonjak,” dalih Pariaman.

BacaWalikota Siantar Dinilai Tak Punya Semangat Anti Korupsi

Sementara itu, Walikota Pematang Siantar Hefriansyah telah dilaporkan salahsatu lembaga penggiat anti korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pengaduan itu menyusul dugaan korupsi dalam pembagian bansos sembako kepada masyarakat yang terdampak virus corona atau covid-19.