SIANTAR, BENTENGSIANTAR.com– Institusi Polri kembali mendapat sorotan publik. Setelah viral video diduga istri Kapolres Tebing Tinggi pamer uang, persoalan baru muncul di Kota Pematang Siantar.
Sejumlah pekerja terapis pada dua lokasi panti pijat di Kota Pematang Siantar mengaku telah menjadi korban pemerasan oleh sejumlah oknum polisi.
Jumlah uang yang diminta tak tanggung-tanggung. Sangkin besarnya uang yang diminta, diantara mereka ada yang sampai menjual lembu di kampung.
Bagaimana awal mula kasus pemerasan itu terjadi, berikut penuturan sejumlah pekerja panti pijat kepada BENTENG SIANTAR, pada Kamis (4/11/2021).
Mia (nama panggilan), salahseorang pekerja panti pijat mengungkapkan, insiden pemerasan itu bermula pada 7 Oktober 2021 lalu.
Saat itu, seorang tamu pria datang ke tempatnya bekerja, di kawasan pertokoan Jalan MH Sitorus, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar.
Baca: Viral Video Istri Pamer Uang, Kapolres Tebing Tinggi Dicopot
Baca: Institusi Polri Tercoreng! Oknum Polisi di Tanjungbalai Diringkus, Barang Bukti 2 Kg Sabu
Oleh Mia, pria yang datang itu, dia kenal dengan sapaan Acong (bukan nama sebenarnya). Dari sepengetahuan Mia, Acong adalah seorang oknum penegak hukum. Dan, saat itu, Acong minta dipijat.
Tamu ‘Minta Langsung Saja’
Mia yang semula hanya melayani pijat, kemudian diminta melakukan hubungan seks oleh Acong. Lalu, dia diminta menyediakan kondom.
“(Semula) Tamu itu mau kusuk (pijat, red). Terus, aku dikasih uang Rp400 ribu. Katanya, kita main saja,” ujar Mia, menirukan percakapannya dengan oknum polisi tersebut.
Setelah diyakinkan tidak akan terjadi masalah, Mia pun melepas pakaian. Lalu, Acong mengambil handphone dan mulai merekam video.
“Katanya nggak apa-apa. Nggak ada orang,” kata Mia.
Namun tidak berselang lama, empat pria mengaku dari petugas kepolisian datang. Lalu memeriksa seluruh ruangan, termasuk lantai atas dan kamar mandi.
Baca: Selain AKBP Agus, Ini Deretan Kapolres yang Dirotasi Dalam Rangka Evaluasi Jabatan
Baca: 11 Oknum Polisi Terlibat Jual Sabu ke Gembong Narkoba
Lalu, ponsel pekerja seluruhnya disita. Setelah itu, mereka disuruh naik ke mobil minibus warna putih dan dibawa ke Medan.
“Saat itu, saya bilang, tunggu tauke saya dulu. Tapi, nggak ada katanya. Handphone kami langsung disita,” timpal Suli (juga nama panggilan), rekan Mia sesama terapis.
Bayar Rp50 Juta
Sesampai di Medan, lanjut Suli, mereka mengaku dibawa ke Renakta Polda Sumut. Di sana, mereka diinterogasi. Dibilang baru boleh pulang setelah dijamini oleh tauke mereka.
“Kami ditanya, kerjanya apa. Kami bilang massage. Katanya tunggu ditebus sama tauke, baru kami boleh pulang,” tambah Suli.
Suli yang khawatir menceritakan hal itu kepada wartawan mengaku, dia dan teman-temannya merasa telah dijebak.
Baca: Blak-blakan Istri Polisi, Kapolsek Percut Sei Tuan Dituding Aniaya Anggota
Baca: Terlibat Penganiayaan, Oknum Polisi Beking Rentenir Dijatuhi Sanksi Penundaan Gaji dan Naik Pangkat
Mereka yang seharusnya melayani pijat, tapi digiring untuk melakukan hubungan terlarang dan berakhir dengan permintaan sejumlah uang.
“Suruh damai pertama Rp100 juta. Kemudian, Rp75 juta. Saya bilang kami cari makan untuk anak-anak kami. Kemudian jadi Rp50 juta. Kami 5 orang. Jadi masing-masing Rp10 juta,” sebut Suli.
Merasa Dijebak
Dia mengatakan, mereka dijebak dengan melakukan dugaan tindak pidana prostitusi online. Dia sendiri heran. Sebab, pada hari itu, dia tak melakukan apa-apa di tempat pijat.
“Satu dari mereka mengaku punya rumah yang ada patung Liberty-nya di depan (warung) Miso Lestari. Gara-gara ini, saya jual lembu di kampung,” kata Suli.
Suli menjelaskan, mereka memberikan uang tersebut ke para oknum polisi. Selain mereka, lokasi pijat di sebelah mereka juga dimintai uang damai yang kabarnya juga puluhan juta rupiah.
“Pas kami kasih uangnya, langsung mereka bagi-bagi di depan kami,” kata Suli sedih.
Baca: Jalan Rusak dan Longsor di Simalungun Jadi Objek Pungli, Dua Pria Ditangkap
Baca: Korban Tak Melapor, Pelaku Pemerasan yang Viral di Facebook Itu Bebas
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi yang coba dikonfirmasi terkait hal itu, belum memberikan keterangan.