Membangun Siantar Bukan Hanya Sebagai Pusat Dagang, tetapi Kota yang Mandiri Pangan
- 3 jam lalu
- dibaca 3 kali

SIANTAR, BENTENGSIANTAR.com– Pangan lokal adalah kekuatan, pekarangan lestari adalah benteng ketahanan pangan, dan diversifikasi adalah keniscayaan dalam kelangsungan pola konsumsi. Oleh karena itu, mari menjaga dan membangun Pematangsiantar bukan hanya sebagai kota perdagangan, tetapi sebagai kota yang mandiri pangan, sehat, stabil, dan sejahtera.
Demikian disampaikan Wali Kota Pematangsiantar, Wesly Silalahi di acara peringatan World Food Day (Hari Pangan Sedunia) 2025, Dari Pekarangan ke Ketahanan KWT Menguatkan Pangan Lokal, di Balai Bolon Lapangan Adam Malik, Kamis (16/10/2025).
Menurut Wesly, Kota Pematangsiantar dikenal dengan keanekaragaman budaya, kreativitas masyarakatnya, serta semangat gotong royong yang menjadi ciri khasnya. Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini, katanya, dirangkai berbagai kegiatan bermakna, seperti Apresiasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L); Lomba Memasak Diversifikasi Pangan, yakni Pasta Cabai; dan Gerakan Pangan Murah.
“Semua ini merupakan wujud nyata komitmen kita dalam memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus mendukung pengendalian inflasi di daerah kita,” sebutnya.
Wesly mengatakan, Pematangsiantar bukan hanya kota perdagangan, tetapi juga memiliki potensi besar dalam sektor pangan dan hortikultura. Dengan akses ke wilayah sentra produksi di Simalungun sebagai wilayah yang mengelilingi Kota Pematangsiantar serta jaringan UMKM yang terus berkembang, memiliki peluang besar untuk menjadikan Kota Pematangsiantar sebagai Pusat Inovasi Pangan Lokal.
“Namun, kita juga menyadari tantangan yang ada, yakni terbatasnya lahan pertanian, perubahan iklim, dan ketergantungan pada komoditas tertentu. Oleh karena itu, ketahanan pangan tidak bisa hanya bergantung pada luasnya lahan, tetapi harus dibangun melalui kreativitas, kemandirian, dan kolaborasi masyarakat,” terangnya.
Masih kata Wesly, Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah contoh nyata gerakan kemandirian pangan dari tingkat keluarga.
“Kita telah melihat bagaimana pekarangan berubah menjadi kebun gizi, Kelompok Wanita Tani (KWT) menjadi motor penggerak ekonomi dan sosial, dan hasil panen tidak hanya dikonsumsi, tetapi juga diolah dan dipasarkan,” tukasnya.
“Hari ini, kita memberikan apresiasi kepada KWT dan masyarakat yang telah membuktikan ketahanan pangan bisa dimulai dari rumah, dari niat yang tulus, kreativitas yang tinggi, dan semangat kolaborasi,” sambungnya.
Lebih lanjut Wesly mengatakan, P2L juga berkontribusi dalam pengendalian inflasi, khususnya komoditas hortikultura, karena pasokan yang tersedia secara mandiri dapat membantu menyeimbangkan supply dan demand di pasar.
Ketahanan pangan juga menyangkut pola konsumsi. Selama ini, konsumsi masyarakat masih bertumpu pada komoditas segar, terutama cabai, yang menyebabkan volatilitas harga. Melalui lomba memasak dengan menggunakan pasta cabai oleh TP PKK Kota Pematangsiantar, masyarakat didorong mengenal alternatif penggunaan dan pemanfaatan cabai yang lebih praktis dan efisien. Jika masyarakat mulai menerima cabai olahan sebagai substitusi, maka fluktuasi harga bisa lebih terkendali.
“Kita berharap kegiatan hari ini tidak berhenti sebagai seremoni, tetapi menjadi awal dari gerakan berkelanjutan: P2L yang terus diperluas, keterlibatan KWT dan PKK dalam pertanian modern dan urban farming, serta diversifikasi pangan yang masuk ke sekolah, keluarga, restoran, UMKM, dan industri,” kata Wesly.
Melalui peringatan Hari Pangan Sedunia, Wesly menegaskan pangan lokal adalah kekuatan, pekarangan lestari adalah benteng ketahanan pangan, dan diversifikasi adalah keniscayaan dalam kelangsungan pola konsumsi.
“Maka dari itu, mari kita jaga dan bangun Pematangsiantar bukan hanya sebagai kota perdagangan, tetapi sebagai kota yang mandiri pangan, sehat, stabil, dan sejahtera,” pungkasnya.
Sementara itu, Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematangsiantar, Yudha Wirawan mengatakan, Pematangsiantar adalah kota yang dikenal dengan kulinernya yang kaya, masyarakatnya yang kreatif, dan semangat gotong royong yang luar biasa.
Tahun ini, lanjutnya, peringatan Hari Pangan Sedunia dirangkai dengan Apresiasi P2L, Lomba Memasak Diversifikasi Pangan, dan Gerakan Pasar Murah sebagai wujud nyata komitmen Pematangsiantar dalam memperkuat ketahanan pangan lokal dan mendukung pengendalian inflasi.
Menurut Yudha, ketahanan pangan tidak boleh hanya bergantung pada lahan luas, tetapi pada kreativitas dan kemandirian masyarakat. Program P2L bukan hanya menanam sayur di halaman. Ini adalah gerakan kemandirian pangan dari tingkat keluarga.
Baca: Petani ‘Teriak’ Pupuk Langka, Distributor CV Agri Mandiri Lempar Bola ke Produsen
Di momen tersebut, kata Yudha, KPw BI Pematangsiantar mendorong optimalisasi produk turunan melalui lomba memasak menggunakan pasta cabai. Penggunaan pasta cabai menunjukkan rasa pedas tetap bisa dinikmati tanpa harus selalu menggunakan cabai segar. Pasta cabai dapat disimpan dalam jangka waktu lebih panjang dibanding cabai segar.
“Lomba ini mengajak masyarakat mengenal alternatif penyimpanan dan pemanfaatan cabai yang lebih praktis dan efisien,” tukasnya.
Halaman Selanjutnya >>>