BANDAR HULUAN, BENTENGSIANTAR.com– Alkisah di sebuah desa Kabupaten Simalungun pada tahun 1957, tepatnya di Nagori Bandar Betsy, Kecamatan Bandar Huluan. Ada Perkebunan Bandar Betsy. Dulunya, milik Belanda yang ‘diakuisisi’ menjadi milik pemerintah Republik Indonesia (RI).
Perkebunan Bandar Betsy sendiri didirikan pada tahun 1918 oleh Belanda. Dalam perkembangannya, perkebunan itu telah beberapa kali mengalami restrukturisasi.
Nah.. saat pemerintah RI melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahan Belanda pada tahun 1957, Perusahaan Perkebunan Bandar Betsy diambil alih pemerintah RI dari Perusahaan HVA, dan dinasionalisasi menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).
Setelah beberapa kali mengalami perubahan, perkebunan itu kemudian menjadi PT Perkebunan Nusantara III di Kabupaten Simalungun.
Lalu, muncul para penggarap perkebunan yang menggabungkan diri mereka ke Barisan Tani Indonesia (BTI), sebuah organisasi yang berafliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan adanya dukungan BTI, para penggarap menanami lahan dengan berbagai tanaman. Kegiatan tersebut dilarang oleh Peltu Sudjono dan tiga anggotanya saat melakukan patroli.
Larangan tersebut mendapat perlawanan.
Baca: ‘Salam Pancasila’, Bukan Salam Keadagamaan tapi Salam Pemersatu Kebangsaan
Baca: Mengarusutamakan Pancasila Menyongsong Bonus Demografi 2045
Saat salah satu anggota BTI berupaya merampas helmnya, Peltu Sujono memukul anggota BTI itu dengan tongkatnya. Tidak terima dengan tindakan Peltu Sujono, anggota BTI yang berjumlah sekitar 200 orang marah dan kemudian balik menyerang Peltu Sujono dengan peralatan pertanian yang mereka bawa, yang mengakibatkan Peltu Sujono tewas.
Kisah itu kemudian ditampilkan dalam fragmen yang diberi nama ‘Peristiwa Bandar Betsy yang menewaskan Peltu Letda Sujono’.
Peristiwa Bandar Betsy merupakan konflik agraria antara rakyat yang tergabung dalam Barisan Tani Indonesia (BTI) yang berafliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan pengelola perkebunan.
Puncak konflik tersebut adalah tewasnya prajurit TNI Peltu Sujono akibat aksi kekerasan massa pada 14 Mei 1965, saat dia bertugas sebagai pengamanan perkebunan.
Lalu, untuk mengenang jasa Peltu Sujono yang gugur mempertahankan perkebunan negara dari aksi anarkis massa BTI, di tahun 1970-an dibuat tugu dengan nama Tugu Letda Sujono (pangkatnya dinaikkan), di Perkebunan Bandar Betsy Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.
Kemudian tahun 1997 dibuat tambahan 7 patung Pahlawan Revolusi di belakangnya dengan latar ornamen Garuda Pancasila. Di tempat inilah setiap tahunnya pada tanggal 1 Oktober dilaksanakan upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila tingkat Provinsi Sumut.
Nah, pada Selasa (01/10/2024), upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tingkat Provinsi Sumatera Utara (Sumut), kembali digelar di Lapangan Tugu Letda Sujono, Nagori Bandar Betsy, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.
Bertindak sebagai inspektur upacara Pj Gubernur Sumut Agus Fatoni, komandan upacara Dandim 0207/Simalungun, Letkol Slamet Faojan MHan, dan perwira upacara, Letkol Caj Dina Aswita.
Dalam upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila, dengan tema: ‘Bersama Pancasila Kita Wujudkan Indonesia Emas’ tersebut, pembacaan Pembukaan UUD 1945 oleh anggota Kwarcab Gerakan Pramuka Simalungun, Rehan Mawardi Putra, dan doa dipimpin oleh Zulkifli Sitorus dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Simalungun. Sedangkan, Ikrar dibacakan Anggota DPRD Sumut, H Yahdi Khoir Harahap.
Baca: Sukarno Ali Pimpin Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lapas Siantar
Baca: Imbauan Bawaslu Diabaikan, APK Paslon Anton-Benny ‘Berserak’ di Kantor Bupati Simalungun
Upacara ditandai peletakan karangan bunga di Tugu Letda Sujono oleh Pj Gubernur Sumut, Agus Fatoni bersama Forkopimda Provinsi Sumut, Kabupaten Simalungun, dan Kota Pematangsiantar, termasuk Pjs Walikota Pematangsiantar, Matheos Tan.
Acara dirangkai dengan penyerahan tali asih dari PTPN IV Regional II kepada keluarga almarhum Letda Sujono sebesar Rp10 juta.